Selainmemberikan mauidzoh hasanah, KH Kafabihi Mahrus juga memberikan ijazah kepada para peserta Susbalan beberapa aurod untuk diamalkan. "Semoga dengan mengamalkan amalan ini, bisa menjadikan hidup kita semakin barokah, diridhai Allah SWT, hingga tercapai segala apa yang menjadi hajat kita," pungkasnya. Gus Ahmad Kafabihi Mahrus tengah menyampaikan tausyiahnya tentang Signifikansi Kajian Turats pada pembukaan NGOPI Festive di Aula 1 Pondok Pesantren Nurul Jadid) Betapa pentingnya kajian kitab turats bagi seorang santri, karena dengan mengaji kitab turats salah satunya bisa mengembangkan kualitas keilmuan santri sendiri. AbdullohKafabihi Mahrus, KH. An'im Falahuddin Mahrus yang merupakan penerus dari Mbah Kiai Mahrus Ali Lirboyo. Hasan Syukri Zamzami Mahrus merupakan Suami Bu Nyai Hannah Zamzami Lirboyo , beliau berdua mengasuh pesantren Pondok Pesantren Putra-Putri Al-Baqoroh yang berlokasi di Jl. KH. Abd Karim, Lirboyo, Kec. DawuhKH. Abdullah Kafabihi Mahrus: Tanda orang yang diberi kebaikan oleh Allah swt. Kalian dari rumah jauh-jauh menuju Pondok Pesantren Lirboyo ini merupakan langkah yang baik, perilaku yang baik, atau memasuki perkara yang baik, dalam bahasa kitabnya suluk fil akhirat. KH Mahrus Aly lahir di dusun Gedongan, kecamatan Astanajapura, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat KH Mahrus Aly (1907-1985) dikenal sebagai ulama besar yang berjasa besar dalam mengkader ulama lewat Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri. KH. Basori Alwi (1927-2020) adalah Ulama yang masyhur dikenal sebagai Qori Internasional, Pendiri Jamiyyatul Qurro' wal Huffadz dan Perintis Pesantren Ilmu Al-Qur'an (PIQ) Singosari, Malang. BandarLampung, NU Online Pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur, KH. Abdullah Kafabihi Mahrus mengingatkan bahwa di antara reaksi saat seseorang menuntut ilmu di pondok pesantren atau nyantri adalah adanya goncangan-goncangan dari dalam diri dan jiwa.Namun goncangan itu menurutnya adalah merupakan reaksi dari ilmu. KH Abdullah Kafabihi Mahrus atau yang kerap disapa dengan panggilan KH. Kafabihi Mahrus Lirboyo Lahir di Kediri tanggal 2 September 1960. Beliau merupakan putra ke 12 dari 14 bersaudara dari pasangan KH. Mahrus Aly dan Ny. Hj Zainab. Beliau juga merupakan cucu dari pendiri Pondok Pesantren Lirboyo kota Kediri yaitu KH. Abdul Karim. LgMYEXC. Dalam sebuah sambutan pada acara Haul KH. Mahrus Aly, Abuya Kafabihi menyampaikan sedikit cerita perihal kisah Ayahanda beliau. KH. Mahrus Aly yang dulunya memiliki nama Rusydi ini, mengaji kepada kakak beliau yang bernama Kiai Afifi. Beliau adalah alumni Pondok Termas. Beliau mengatakan, bahwa Kiai Mahrus bukan anak yang cerdas, membuatnya sering dimarahi oleh sang kakak. Namun, sang ibu berpesan untuk tidak memarahi Rusydi. Karena menurut beliau, suatu hari nanti Rusydi ini akan menjadi orang besar. Mengetahui pesan ibundanya, untuk melampiaskan kemarahannya, beliau mengajak adiknya tersebut ke kebun untuk memarahinya. “Orang dahulu banyak sekali yang sukses, karena dididik dengan cara yang keras. Sehingga menjadi pribadi yang memiliki mental tangguh.” Tutur beliau Abuya Kafabihi. Taat Kepada Guru Beliau mengaji pula kepada Kiai Kholil. Hal yang paling berkesan dengan kiai kholil ini, adalah ketika beliau dijodohkan dengan putri Kiai Abdul Karim. Beliau tidak bisa menghindar. Lalu beliau memutuskan untuk sowan kepada Kiai Kholil. Pada saat setelah mengucapkan salam, Kiai Kholil langsung mengatakan, “Apakah istikharahmu lebih baik daripada istikharah gurumu?” Artinya, banyak sekali orang-orang sukses itu manut taat kepada gurunya. KH. M. Anwar Manshur, Pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo dalam acara Haul KH. Mahrus Aly KH. M. Anwar Manshur Spirit Ngaji Kiai Mahrus Kiai Mahrus itu dengan pengajian semangat sekali. Mulai setelah subuh sampai pukul sembilan, kadang pukul sepuluh baru selesai. Meskipun kiai mahrus adalah orang yang sangat sibuk, beliau sangat memperhatikan santrinya, terutama dalam ngajinya. Kiai mahrus baru akan pergi dari rumah, setelah mengaji di pondok beliau. Beliau seringkali mengajak kiai anwar mengaji. Dengan demikian, semoga santri-santrinya sekarang bisa meneruskan spirit kiai mahrus dalam mengaji. Semoga kita diakui menjadi santri kiai mahrus. Karena kita semua ini tidak memiliki apapun. Hanya dengan meneruskan spirit ngaji beliau inilah, yang semoga bisa menjadi wasilah kita agar mendapatkan barokah. Kita semua ini, hidup di Indonesia ini harus penuh syukur. Karena mengaji di Indonesia tidak diatur oleh pemerintah. Kita mengaji seharian pun tidak menjadi masalah disini. Dengan demikian, bentuk syukur kita adalah dengan mengaji. Tonton Live Streaming Haul KH. Mahrus Aly 2022 Baca juga Imam Nafi’ Al-Madani Ahli Qira’at yang Memiliki Banyak Keistimewaan 11 Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Nama lengkap beliau adalah Abdullah Kafabihi Mahrus. Lahir di Kediri tanggal 2 September 1960. Merupakan putra ke-12 dari 14 bersaudara dari KH. Mahrus Aly dan Ny. Hj Zainab dan cucu pendiri Pondok Pesantren Lirboyo Kediri yaitu KH. Abdul kini berdomisili di ndalem yang ada di Pondok Unit HMC, tepat di JL. kh. Abdul Karim Desa Lirboyo Kecamatan Kota Mojoroto. kediri. Secara geografis dari sisi timur P3HMQ berjarak 100 m dari pondok induk Lirboyo dan dari sisi barat rumah desa Lirboyo juga 100 M Maghfurlah KH. Imam Yahya Mahrus. Sebagai seorang anak, dia adalah anak yang cukup keras kepala. Mungkin karena ia lebih cenderung bergelut dengan dunia pendidikan umum dibandingkan dengan dunia pesantren, sedangkan ayahnya, KH. Mahrus 'Aly lebih menyukainya karena ia lebih fokus pada studi agama. Sampai suatu hari ayahnya memanggilnya, dia mendapat buku aljabar dari ayahnya dan bertanya "Pelajaran macam apa ini? Mengapa belajar seperti itu?". Sejak saat itu, hatinya tergerak untuk mempelajari agama ketimbang pendidikan umum. Semasa muda, ia mengenyam pendidikan di Pesantren Lirboyo tepatnya di Madrasah Hidayatul Mubtadien. Setelah lulus, ia memperdalam ilmunya di Pon-Pes Al-Fadllu Kaliwungu, Kendal yang diasuh oleh KH saat itu. Dimyathi Ro'is. Dari sekian banyak putra KH. Mahrus Aly, hanya Buya panggilan santri perempuan yang diajak oleh Mbah Kyai Dimyathi membacakan Al-Qur'an untuknya, namun dengan syarat ia tidak boleh menceritakan kepada siapa pun tentang Al-Qur'an Mbah Dimyathi mengajarkan Al Quran kepada Buya sangat unik. Cara beliau mengajar tidak terbatas ruang dan waktu. Mbah Dimyathi juga mengajari Buya Al-Qur'an di mana-mana, ketika di sawah dia juga mengaji di sawah, ketika di kolam dia juga mengaji di kolam. Dengan hanya berbekal badan dan pakaian yang Buya kenakan, ia sudah siap mengikuti perintah gurunya. Setiap kali, Buya harus berdiri dan menunggu amanat dari gurunya. Suatu hari Buya diajak Buya Dim ziaroh untuk berziarah ke makam Sunan Ampel, tiba-tiba dia diberitahu bahwa nantinya Buya sendiri akan menjadi penerus KH. Mahrus Ali. Tiba-tiba dia kaget ketika mendengar hal itu, dia langsung bergegas pulang dan memberi tahu ayahnya. Di usia yang relatif muda kurang lebih 25 tahun ia memiliki amanah yang cukup besar, yaitu melanjutkan perjuangan ayahnya untuk menyediakan sebuah pondok pesantren. Pada tanggal 30 September 1985, beliau berhasil mengikuti salah satu amalan Nabi, yaitu menikahSeorang wanita saleh dari Cirebon, Ny. hj. Azzah Nur Laila dipilih oleh KH. Mahrus Aly sebagai menantunya. Dari prosesi pernikahan yang dipimpin oleh KH. Mahrus Aly, alhamdulillah sampai saat ini dia dan keluarganya hidup sakinah, mawaddah, warrohmah. Dia adalah orang yang aktif dalam organisasi. Beberapa organisasi besar yang pernah diikutinya adalah PCNU Kota Kediri selama dua periode 2004-2012 sebagai pengurus, PBNU Pusat 2010-2015 sebagai ketua Syuriah dan MUI Kota Kediri 2009-sekarang sebagai ketua. Ia juga kini menjadi salah satu wali utama Pon-Pes Lirboyo dan Rektor Institut Agama Islam Tribakti IAIT Kediri, melanjutkan amanah yang pernah dipegang oleh ayahnya, KH. Mahrus Aly dan saudaranya KH. Imam Yahya Mahrus. Ada yang unik dari dirinya yang mungkin tidak ditemukan di belahan dunia manapun, yaitu ia tidak pernah memakai celana dalam segala aktivitas apapun. "Meski kapasitas saya sebagai rektor, saya terikat pada Pon-Pes Lirboyo, karena Pon-Pes selalu identik dengan Sarung". Jelas dia adalah rektor IAIT, di kalangan mahasiswa dia dikenal sebagai orang yang tenang, sabar, ulet, pengertian dengan orang lain, 'alim, dan ilmu tasawufnya sangat tinggi. Terbukti ketika beliau menyampaikan mauidzah hasanahnya dan ketika beliau berperilaku beliau menunjukkan kebijaksanaannya khususnya dalam bidang tasawuf. Tak hanya itu, ketika diundang oleh organisasi yang terkait dengan kemahasiswaan atau lembaga sosial, ia selalu hadir meski hanya sebentar, kecuali ada kendala yang sangat berarti. Inilah salah satu ciri beliau yang disenangi oleh para siswa sehingga mereka mengaguminya. 1 2 Lihat Sosbud Selengkapnya